Cerpen : Guru Nirmala

 Guru Nirmala

(Disenangi Ketika Ada, Dirindukan Ketika Jauh, Dikenang Ketika Tiada)

Oleh: Umma Yasin


Teringat kembali  disaat masa kecil berpakaian layaknya seorang pengajar, bercita-cita menjadi seorang guru, mengajarkan ilmu dan pengalaman yang didapat dengan melalui sebuah proses yang penuh perjuangan, berdiri tegak berada didepan kelas memberikan apa yang dipunya seperti memiliki sebuah prinsip memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya, sebuah ungkapan yang pasti ada dalam hati setiap pengajar. 

Keberhasilan murid bukan hanya terletak pada muridnya saja namun karena adanya peran guru yang menularkan nilai-nilai dan arti kehidupan dari dirinya. Murid yang berterima kasih kepada gurunya lah yang sebenar-benarnya suatu keberhasilan yang hakiki, Murid yang mengingat tanda jasa terhadap gurunya.

Gelar abadi yang melekat pada dirinya tanpa mengenal kata mantan ataupun bekas, meski ia tak lagi mengajarkan ilmunya namun tetap saja ia adalah guru yang selalu dihormati karena bijaksana dan kewibawaan ilmu yang dimilikinya, mengajar dengan kesederhanaan dan penuh inspirasi bagi siswanya sehingga ketika jauh seorang siswa akan merasa rindu akan pengajaran seorang guru, ketika tiada dikenang sepanjang masa. Begitulah agaknya guru biasa namun memiliki arti yang luar biasa dimata para muridnya.

Guru ku adalah pahlawanku, tidaklah berlebihan memang jika kita mengatakan guru adalah seorang pahlawan, bukan pahlawan berperang, bukan pahlawan mengangkat senjata tapi pahlawan yang setia melawan kerasnya kebodohan. Karena seorang guru lah yang membuat kita mengerti membaca, menulis bahkan memahami diri sendiri. 

Sebutan pahlawan bukan hanya melekat pada mereka yang pernah ikut berperang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia untuk melawan penjajah, tapi ada mereka para guru yang berperang melawan hawa nafsu menahan amarah dan ego menghadapi berbagai macam latar belakang individu untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. 

Tidak mudah namun juga bukan merupakan hal yang sulit untuk menjadi seorang guru yang dicintai ketika ada, dirindukan ketika jauh, dan dikenang ketika tiada, namun semua itu bukanlah sebuah cerita yang fiktif belaka. Mengajar dengan ikhlas dan dengan hati tenang dapat menciptakan suasana proses belajar yang jauh lebih menyenangkan dan berkesan itulah yang harus dilakukan oleh guru. 

Bukan sekedar memiliki kemampuan dan mentransformasikan pengetahuan kepada siswanya. Menciptakan ruang belajar yang nyaman, menyenangkan dan jauh dari kata bosan jauh lebih efektif pelajaran itu dapat diterima oleh siswa terlebih seorang siswa yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda dan kehidupan dilingkungan yang berbeda, tentunya seorang guru juga harus menjadi sosok orangtua ketiga yang benar-benar mengerti ketika ada masalah yang tengah dihadapi muridnya.

Menjadi sesosok guru bukan hanyalah sebuah label profesi yang didapat, bukan hanya sebuah kewajiban yang harus diselesaikan dan bukan hanya sebuah pekerjaan yang dijalankan, namun menjadi guru adalah sebuah panggilan jiwa, sosok guru yang memperhatikan proses pembelajaran yang baik lah yang akan menuai hasil dan nilai yang baik. Sebab siswa bukanlah sebuah gelas kosong yang harus diisi. Tapi, mereka ada dengan berbagai potensi pengetahuan, bakat serta keterampilan yang harus diasah dengan adanya sebuah proses pembelajaran.

Mengajarkan siswa arti kehidupan dengan dirinya menjadi panutan, menjadikan dirinya sahabat bagi siswanya, dan menjadi pendengar akan setiap masalah yang dihadapi siswanya, seorang guru tidak hanya sekedar mengajar menyelesaikan kurikulum namun, juga mengajak muridnya kreatif. Totalitas dalam mengajar, kerja cerdas dan ikhlas dalam mendidik haruslah tertanam dalam diri seorang pendidik dalam menjalankan amanah, merupakan kunci seorang guru akan disenangi oleh siswanya. Memang tidak semua guru akan seperti yang diharapkan oleh siswanya. Namun pasti terdapat diluar sana guru terbaik diantara yang paing baik dari kota hingga pelosok desa terpencil.

Bak sepercik cahaya ditengah kegelapan, bak bulan penerang dikegelapan malam secercah cahaya yang memberikan sebuah harapan, begitulah layaknya sebuah harapan yang menginginkan sesosok guru yang akan dirindukan pengajarannya oleh siswa dimanapun. Ibaratkan sebuah lilin yang rela terbakar habis, hanya demi untuk menerangi masa depan anak muridnya. 

Memiliki lebih dari 1001 cara untuk anak muridnya dapat berguna dimasa depan. Keluhan yang ia punya bahkan tak terlihat sedikit pun terpancar diwajahnya, imbalan yang tak pernah ia harapkan, yang ada dipikirannya hanyalah “bagaimana kelak nasib anak muridku kedepannya?”. 

Melihat kesuksesan anak didiknya lah yang ia harapakan. Sebuah kemenangan dan kesuksesan adalah suatu hal yang berharga, namun sebenarnya dibalik itu semua ada guru yang merupakan suatu penghargaan yang sangat berharga. Tapi, andaikan semua guru memiliki jiwa yang menyenangkan pasti murid akan merasa nyaman berada dikelas, bahkan sosok guru seperti itu akan dinantikan kehadirannya bukan hanya dalam setiap mengajar tapi dalam kehidupan bersosial sehari-hari. Dengan seperti itu sosok guru tersebut dapat mencetak siswa yang jauh lebih berkarakter sehingga bisa menjadi tombak keberhasilan bagi dunia pendidikan.

Biografi Penulis

Umma Yasin, lahir di Puaukijang Kec. Reteh, Kab. Inhil pada 22 Maret 1999. Seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau jurusan Bimbingan Konseling Islam. Lulusan dari SMA N 1 Reteh. Saat duduk di bangku SMA pernah menjadi Ketua Osis dan menjadi delegasi penyuluhan mewakili Inhil. 

Sejak duduk dibangku perkuliahan ia menekuni berbagai organisasi yang ada seperti pada bidang Seni, Riset dan penalaran. Dari organisasi yang ditekuninya membuahkan hasil menjuarai perlombaan bidang Esai, Debat, Business Plan, Hasta Karya dan Solosis dari tingkat Jurusan hingga ke Nasional. Motto penulis “lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali”.

Saat ini Umma Yasin belajar menulis esai, ataupun buku antologi dan berusaha dapat menyelesaikannya semaksimal mungkin. Penulis dapat dihubungi melalui email: ummayasin999@gmail.com



Belum ada Komentar untuk "Cerpen : Guru Nirmala"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel